phone +62 831 4320 4871

email admin@itsnukalimantan.ac.id

NU itu Besar, Harus Bisa Berbuat Banyak

nu-itu-besar-harus-bisa-berbuat-banyak

“NU itu Besar, Harus Bisa Berbuat Banyak. NU jangan pernah minder tapi harus berbuat. Tunjukkan NU terbesar, tinggal kita saja bisa menunjukkan atau tidak”

*Sepenggal catatan oleh2 dari kegiatan Whorksop ITSNU Kalimantan

“NU itu Besar, Harus Bisa Berbuat Banyak. NU jangan pernah minder tapi harus berani tampil berbuat. Tunjukkan NU terbesar, tinggal kita saja bisa menunjukkan atau tidak”

Jelas sangat menarik untuk disimak untaian kalimat diatas. Apalagi disampaikan oleh Wakil Ketua PWNU Kalteng, Drs. H. Nuryakin, M.Si saat didaulat memberi sambutan dalam kapasitas sebagai Ketua Badan Pelaksana Penyelenggara (BPP) Institut Teknologi dan Sains Nahdlatul Ulama (ITSNU) Kalimantan, Sabtu (10/12/22).

Menggugah semangat, itu betul. Lebih dari itu adalah memantik kesigapan untuk bagaimana setiap sudut bergerak dalam satu irama. Hal kedua,,, menggelorakan dan menyemangati kader NU untuk mengajak kita bangkit. Mengejar ketertinggalan, termasuk dari saudara tua NU yg dilahirkan di 1912 itu.

“Banyak saja kader kita yang mau berbakti atau mengabdi ke NU, tetapi tidak banyak yang bisa memfasilitasi atau merangkul. Maka dari itu nanti kita himpun, kita koordinasikan, dan kita komunikasikan” tandas H. Nuryakin.

Ia pun mengingatkan, jangan merasa besar dan merasa paling. Kita gak boleh sombong untuk mau berguru kepada saudara kita yg di MD misalnya, pendidikan sudah maju walau dulu tertatih-tatih juga membangun perguruan. Juga tatkala mereka membangun Rumah Sakit. Intinya, tidak boleh patah arang, tidak ada kata Hopeless.

“Bidang Pendidikan kita dan Bidang Kesehatan harus terus berjalan. Makanya kemarin Klinik NU ada kendala dan mau stop, saya bilang tidak. Kita tidak boleh merasa gagal, harus jalan terus bagaimana caranya. Kalau ada kesulitan, kabarkan, pasti ada jalan menyelesaikan, jangan minder dan jangan malu berguru ke yang lebih maju” tandasnya mewanti-wanti.

Ini soal semangat membangun Citra, NU tak boleh dipersepsikan lemah atau kalah, lalu redup semangat.
Sekali lagi penekanan ini menarik menjadi catatan, bahwa ini bukan soal janji atau komitmen, tetapi dorongan, motivasi dan trigger, bahwa kita tidak sedikit secara kuantitas, bahwa kader di sekitar kita banyak, hanya saja soal memfasilitasi sesuai bidangnya, belum maksimal terorganisir atau terjam’iyyahkan di wadah yg bersimbol talijagat ini.

Lalu apa menariknya? Secara bidang birokrasi, beliau ‘bapak NY’ ini sudah menjadi komandan birokrasi di tubuh Pemprov. Secara organisasi, patut bangga NU memiliki kader yang meraih posisi di pucuk tertinggi piramida birokrasi. Tinggal bagaimana kemanfaatan itu bisa tertasyarufkan dengan baik dan diambil berkah, sebab kebaikan dan kemanfaatan itu juga harus dijemput, diupayakan, dikonsolidasikan, bukan sebatas menunggu kebaikan/kemanfaatan itu tiba-tiba datang sendiri tanpa ikhtiar. Akan rugi sekali kalau Fikrah tidak dilanjutkan dengan Harakah bukan? Apalagi dalam NU, sudah lama didoktrinkan “Fikrah, Amaliah, dan Harakah” harus sejalan dalam satu tarikan nafas. so,,,,ini hanya bicara satu sektor saja yaitu birokrasi, belum sektor yang lain. Betapa dahsyatnya jika tergarap dengan massif, kado 100 tahun kedua NU bakal makin cemerlang.

Ketiga, bapak Sekda Kalteng ini ingin mengingatkan bahwa kuantitas SDM itu bila tidak dikualitaskan dengan cara diorganisir, maka akan menjadi pepatah ‘ibarat buih dilautan’. Persis dengan kecenderungan mayoritas kader NU saat ini, tidak banyak mewarnai tetapi juga tidak diwarnai, sebenarnya harusnya menjadi mainstream, tetapi senyatanya masih belum. Sejalan dengan Ketum PBNU yang kemudian mengambil opsi kebijakan silahkan warna apapun masuk ke tubuh NU, agar NU juga bisa memberi pesan kepada banyak warna. Salah satunya karena secara historis, kader pernah diarahkan untuk memaksimalkan di salah satu warna saja, nyatanya tidak membawa 90juta-an Nahdliyyin berada dalam satu garis komando pilihan keberpihakan.

Khusus untuk ITSNU, H. Nuryakin bertitip pesan, agar giat melirik peluang kerjasama dan forum berbagi pengalaman misalnya dengan bentuk stadium general di kampus. Penting untuk menginisiasi kerjasama multi pihak, memberi tempat orang luar untuk datang memberi pencerahan ke kita dalam rangka menguatkan potensi.

“SDM NU itu banyak, perlu dirangkul dan beri peran. Banyak saja kader kita yang mau berbakti atau mengabdi ke NU, tetapi tidak banyak yang bisa memfasilitasi atau merangkul. Maka dari itu nanti kita himpun, kita koordinasikan, dan kita komunikasikan” tandas H. Nuryakin menawarkan ide solutif.

Catatan terakhir, kita saja belum pernah mendata, berapa kader NU yang disebut banyak tadi, tinggalnya dimana, profesinya apa, kebutuhan urgennya mereka ini apa, kita jamaahkan dan Jam’iyyah kan di sektor apa (bc:kita siapkan dan gerakkan) mengurus apa, disentuh pada bagian mananya, dst… Adalah PR bagi kita semua.

Saya yakin banyak Nuryakin2 yang lain, hanya saja belum muncul atau setengah muncul, atau belum berkesempatan muncul. Semoga, hari hari ke depan, makin tumbuh mekar tunas generasi NU.

Semoga ada jalan mudah bagi kita, dan dimudahkan olehNya. Aamiin.

By alfaqiir MMR